Pewarta : Jamaludin Al Afghani | Editor : Nurul Ikhsan
Fajarkuningan.com, Darma - Menggelar tradisi Babarit di Dusun Dayeuhkolot, Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, hingga saat ini masih lestari dan tak pernah pudar tergeser era modernisasi.
“Babarit Lembur Dusun Dayeuhkolot ini sarat dengan pesan luhur dari para sesepuh masyarakat Sunda yang senantiasa dilestarikan secara turun-temurun melalui tembang dan tradisi Babarit, agar jalinan kerukunan antar warga masyarakat tetap terjaga. Juga agar mereka tak melupakan nilai moral, hukum dan agama dalam menjalani kehidupannya,” ungkap Bupati Kuningan H. Acep Purnama, saat menghadiri acara Babarit Lembur di Dusun Dayeuhkolot, Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Senin (1/8/2022).
“Saya merasa bahagia dan bangga, karena di tengah derasnya arus informasi yang masif, Pemerintah Desa, BPD, LPM, RT dan RW serta seluruh tokoh dan komponen masyarakat desa cageur mempunyai itikad melestarikan adat istiadat dan budaya lokal. hal ini akan menjadi sebuah sumbangsih bagi kemajuan desa, pelestarian nilai-nilai budaya lokal dan mewariskan kepada generasi muda untuk lebih mencintai lemah cai,” ujar Bupati Acep.
BACA JUGA : Wabup Kuningan Lepas Mahasiswa KKN STISHK Kuningan
“Makna terpenting dari acara ini adalah sejauh mana kita mampu mensyukuri segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh allah swt kepada kita, diiringi dengan introspeksi dan evaluasi, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan desa maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. sehingga kita dapat menetapkan landasan langkah ke depan untuk mencapai desa cageur yang lebih baik dan maju sebagaimana yang kita harapkan bersama,” sambungnya.
Bupati Acep menyampaikan dengan perayaan Babarit Lembur Dusun Dayeuhkolot diharapkan seluruh warga masyarakat sadar akan sejarah dengan begitu akan mampu meningkatkan kecintaan terhadap daerah itu sendiri.
“Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke (ada nya jaman sekarang itu karena adanya jaman dulu, jangan lupakan sejarah, jangan lupakan jasa para pahlawan). Momentum Hari jadi ini diharapkan dapat menyadarkan seluruh warga masyarakat betapa pentingnya sejarah demi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena kecintaan terhadap daerah dimulai dari lingkup terkecil yaitu desa kemudian sampai ke level yang paling besar yaitu tanah air tercinta Republik Indonesia,” pesannya.
Bupati Acep pun menitipkan pesan kepada Dirut PDAU Hj. Heni Susilawati yang hadir di lokasi untuk mempromosikan produk-produk olahan setempat agar bisa lebih maju lagi ke depannya. Karena selain Babarit, di lokasi tersebut juga terdapat booth olahan olahan UMKM hasil warga setempat.
Kepala Desa Cageur Didi Muhadi menerangkan, Babarit Lembur Dusun Dayeuhkolot itu, merupakan sebuah acara tradisi masyarakat yang sejak jaman dulu rutin dan tak pernah absen digelar setiap setahun sekali. Prosesi termasuk lagu-lagu dan irama musik tayuban sunda khas babarit di dusun ini, sejak dulu hingga saat ini nyaris tidak mengalami perubahan.
“Tradisi babarit di dusun kami ini sejak jaman dulu entah mulai tahun berapa hingga sekarang biasa digelar setiap bulan Muharam, dan tak pernah sekali pun terputus atau tidak dilaksanakan, dan para penabuh alat musik tradisional serta pesinden atau pelantun lagu-lagu khas babarit itu, semuanya warga Dusun Dayeuhkolot,” terang Didi.
Dijelaskan Didi, meski sepintas hanya berupa pergelaran seni tayuban Sunda, tetapi di dalamnya banyak mengandung pesan luhur dari para sesepuh yang harus dipertahankan serta dijunjung tinggi masyarakat setempat secara turun-temurun.
Itulah sebabnya, Babarit di dusun Dayeuh Kolot, sejak zaman dulu sudah rutin dan tak pernah absen digelar setiap setahun sekali. Sementara dari sisi prosesi acara, termasuk lagu-lagu dan irama musik tayuban Sunda khas Babarit di dusun itu pun, sejak dulu hingga saat ini nyaris tidak mengalami perubahan.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Acep Purnama pun ikut mengikuti tarian diiringi irama musik tayuban dalam acara tradisi tersebut.
Sekilas mengenai Acara Babarit Lembur di Dusun Dayeuhkolot
Prosesi Babarit di dusun itu biasanya digelar mulai sekitar pukul 16.00 WIB di alun-alun depan masjid dan kantor balai dusun. Beberapa menit sebelum prosesi Babarit dimulai, ratusan masyarakat setempat berdatangan untuk menyaksikan acara tersebut. Sebagian duduk mengisi barisan kursi di depan panggung acara, selebihnya duduk-duduk dan berdiri tertib di seputar alun-alun tersebut. Ada pula yang menyantap aneka makanan yang dibawa dari rumah masing-masing untuk saling ditukar dan dicicipi bersama dalam suasana keakraban dan kekeluargaan yang kental.
Seperti biasa, prosesi acara diawali dengan pemanjatan doa, disusul sambutan-sambutan. Berikutnya baru menginjak pada acara inti, diawali lantunan irama musik pengantar tayuban, kolaborasi alat-alat musik tradisional seperti kendang, gong, bonang, saron, dan gambang.
Para penabuh alat musik tradisional serta pesinden atau pelantun lagu-lagu khas Babarit itu, semuanya warga Dusun Dayeuhkolot.
Setiap lantunan lagu diiringi irama musik tayuban dalam acara tradisi itu diikuti tarian oleh dua sampai empat orang laki-laki disertai para pesindennya.
Meski hanya berlangsung selama lebih kurang satu jam, para pesinden menyuguhkan tujuh lagu inti khas Babarit Dayeuhkolot, disaksikan masyarakat dalam suasana khidmat. Ketujuh lagu khas Babarit tersebut dilantunkan secara berurutan diawali lagu berjudul Lahir Batin, Golewang, Titi Pati, Tali Asih, Renggong Buyut, Goyong-goyong, dan Raja Pulang.
Lagu atau tembang-tembang Babarit inilah yang mengandung banyak makna dan nasihat-nasihat luhur bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Misalnya lagu berjudul Lahir Batin mengandung nasihat agar selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan beribadah kepada Allah SWT. Kemudian lagu Golewang yang mengandung makna bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia, masyarakat harus mengikuti ajaran agama dan aturan hukum yang berlaku di tengah mereka.
Berikutnya, lagu Titi Pati mengandung makna dan nasihat agar selalu teliti dan hati-hati dalam menjalani kehidupan. Sali Asih mengandung makna untuk memelihara kasih sayang terhadap sesama manusia dan lingkungan alam. Renggong Buyut mengandung makna mengajak masyarakat untuk selalu memelihara silaturahmi. Lagu Goyong-goyong berisi ajakan untuk memelihara budaya gotong-royong agar jangan sampai punah.
Terakhir, lagu Raja Pulang mengingatkan kepada setiap insan manusia, tanpa memandang status dan kedudukannya di dunia, agar selalu melakukan amal kebaikan untuk bekal hidup di dunia dan di akherat kelak.
Itulah di antara beberapa pesan luhur dari para sesepuh masyarakat Sunda yang senantiasa dilestarikan secara turun-temurun melalui tembang dan tradisi Babarit, agar jalinan kerukunan antar warga masyarakat tetap terjaga. Juga agar mereka tak melupakan nilai moral, hukum dan agama dalam menjalani kehidupannya. ***