Idap Kanker Nasofaring, Warga Kuningan Butuh Bantuan Biaya Pengobatan

Setelah diperiksa, dokter menjelaskan bahwa sakit yang dialami Budi akibat radiasi dari headseat yang dipakai untuk mendengarkan suara dari perangkat handphone.

Pewarta : Adam Gumelar | Editor : Nurul Ikhsan

Fajarkuningan.com - Budi Purnama sedang berjuang melawan penyakit tumor ganas yang dideritanya. Pria kelahiran Desa Trijaya, Kecamatan, Mandirancan, Kabupaten Kuningan ini diagnosa oleh dokter mengidap kanker Nasofaring.

Dituturkan Budi, pria berprofesi sebagai driver travel kelahiran 1988 ini awal merasakan sakit telinga di sebelah kanan, disertai rasa nyeri yang hebat. Budi langsung berobat ke dokter spesialis THT RS Wijaya Kusuma Kuningan. Setelah diperiksa, dokter menjelaskan bahwa sakit yang dialami Budi akibat radiasi dari alat headseat yang dipakai untuk mendengarkan suara dari perangkat handphone.

Budi Purnama saat sebelum tindakan operasi di bagian leher.

“Awal mula bulan April 2020 merasakan sakit di telinga kanan, berdenging disertai nyeri yang hebat. Lalu saya berobat ke dokter spesialis THT di RS Wijaya Kusuma Kuningan, dan menurut dokter itu karena radiasi dari headseat. Memang saya kalau sedang nyupir selalu menggunakan headset untuk menelepon penumpang yang akan berangkat,” ungkap Budi.

Beberapa bulan kemudian, jelas Budi, muncul benjolan kecil sebesar gundu di area leher.  Mengetahui itu bukan benjolan biasa, Budi langsung berobat ke klinik terdekat di rumahnya, Klinik Pradipa. Setelah diperiksa dokter dengan mendiagnosa, dijelaskan oleh dokter bahwa penyakitnya adalah kelenjar. Setiap saat Budi merasakan nyeri yang hebat bagian kepala dan leher kanan.

Benjolan besar di bagian leher sebelum di operasi.

Di bulan Juni, benjolan tersebut semakin membesar. Pihak keluarga segera berinisiatif untuk melakukan tindakan operasi pengangkatan benjolan di leher. Awal Juli, keluarga segera membawa Budi ke klinik bedah di Tanggerang. Selama dirawat lima hari untuk operasi pengangkatan benjolan, pihak keluarga menggunakan uang pribadi. Hasil dari operasi benjolan, dokter menyatakan bahwa benjolan tersebut adalah tumor ganas. Dokter juga menyarankan untuk segera ditindak lanjuti ke rumah sakit besar yang memiliki peralatan medis lebih memadai.

Pasca operasi Budi ayah dua anak ini mengalami pembekakan. Karena tidak ada biaya pihak keluarga membawa pasien pulang ke Kuningan untuk mengaktifkan BPJS dan lanjut berobat jalan di RSUD 45 Kuningan. Pihak RSUD 45 Kuningan selanjutnya merujuk Budi ke RSUD Waled Cirebon untuk melakukan biopsi dari hidung.

Setelah tindakan operasi.

Pihak RSUD Waled Cirebon menyatakan dari hasil biopsi, Budi dinyatakan mengidap kanker Nasofaring stadium 4B. Pihak rumah sakit membuat rujukan untuk di bawa ke RS Kanker Dharmais di Jakarta.

“Waktu itu saya operasi di klinik bedah di daerah Tanggerang menggunakan biaya pribadi selama lima hari. Pasca operasi leher semakin bengkak dan nyeri yang luar biasa, lalu saya di bawa pulang ke Kuningan untuk mengaktifkan BPJS, dan lanjutkan berobat jalan di RSUD 45 Kuningan. Dari RSUD 45 Kuningan saya dirujuk ke RSUD Waled Cirebon untuk di biopsi dari hidung. Dari hasil biopsi RSUD Waled dinyatakan kanker nasofaring stadium 4B, lalu setelah dinyatakan kanker saya dirujuk ke RS Kanker Dharmais,” tuturnya.

Di RS Dharmais, Budi mengikuti program kemoterapi 6 siklus/3 minggu sekali, dan radioterapi sebanyak 33 kali. Selama di rawat di RS Dharmais Budi mengakui mendapat perawatan yang baik. Ia juga rutin mengkonsumsi obat yang disarankan dokter.

Diceritakan Budi, proses awal masuk rumah sakit ia menjalani serangkaian prosedur untuk tindakan kemoterapi seperti cek jantung, CT scan, bone scan, USG perut, torax dan sejumlah tindakan medis lainnya.

“Saya berobat jalan di RS Dharmais dari awal bulan Desember 2020 sampai sekarang masih menjalani pengobatan. Saat ini saya tinggal di rumah singgah terdekat dari rumah sakit. Karena saya dan keluarga sudah habis-habisan untuk keluar biaya operasional dan transportasi bulak balik ke rumah sakit, maka dari itu saya mengajukan permohonan bantuan kesana kemari untuk bisa membantu biaya pengobatan saya,” tutur Budi.

Selama dirawat di rumah sakit, Budi sering meningalkan keluarga. Saat ini kedua anaknya tinggal dan diasuh oleh mertua di Desa Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Anak pertamanya bernama Dewa Satria Pratama saat ini kelas 1 SMP, dan anak kedua Wulan Ananda Putri kelas 4 SD.

Karena sakit dan harus menjalani perawatan intensif, praktis Budi tidak bisa bekerja untuk bisa menafkahi keluarga tercintanya. Sebelum sakit dan dirawat, Budi bekerja sebagai driver ojek online. Kini kebutuhan ekonomi kedua anaknya dibantu oleh pihak keluarga.

”Keluarga yang membantu menafkahi selama saya sakit. Semua biaya perawatan dibantu pihak keluarga. Dari desa dapat BLT sebulan 300 ribu,” kata Budi.

Dijelaskan Budi, ia juga mendapat fasilitas dari kepesertaan BPJS. Namun banyak biaya selama pengobatan yang diluar tanggungan BPJS, dan ia sudah tidak memiliki lagi uang. Besarnya biaya yang dibutuhkan, ia berharap mendapat bantuan dari program pemerintah, atau bantuan dari dermawan untuk bisa membantu meringankan kebutuhan biaya.

Setiap waktu Budi selalu berdoa untuk kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Ia juga memohon perlindungan kepada Allah SWT agar selalu melindungi istri dan kedua anak tercintanya. Budi juga berdoa agar istri dan kedua anaknya diberikan ketabahan dan kesabaran. Menurutnya, ia sakit karena sudah takdir tuhan, dan ia menganggap sebagai ujian hidup dari sang pencipta maha pemilik kehidupan dan kematian.

Ia sadar penyakit kanker yang dideritanya beresiko kematian. Namun tak menyurutkan semangat Budi untuk bisa sembuh dan bisa kembali bangkit membangun kehidupan bersama istri dan kedua anak yang dikasihinya.

Saat ini Budi butuh bantuan moril dan materil. Fajar Kuningan dari Kantor Berita Kuningan mengajak sidang pembaca dan dermawan dengan ikhlas membantu biaya pengobatan Budi. Bantuan bisa langsung diberikan ke Budi dengan menghubungi whatsapp pribadi Budi: 0812 7324 1883.

By Adam Gumelar

Aktivis lingkungan hidup ini terus bergerak untuk mencipta perubahan, untuk semesta alam tak rusak. Hobinya menanam pohon. Katanya, ia akan berhenti bergerak kalau teringat aroma kopi. Ya, Adam penikmat kopi sejati. Bergabung di Kantor Berita Kuningan (KBK) kata Adam seperti berada bangku sekolah yang tugasnya belajar, menulis dan dilatih peka. Selain memperkuat redaksi, cowok gede heureuy asal desa Puncak, Cigugur ini juga bergabung di Yayasan Wahana Mangrove Indonesia (WAHMI) dan Teman Sejalan Green Backpacker.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya