Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Jamaludin Al Afghani
Fajarkuningan.com - Tak banyak kaum anak muda saat ini yang tergerak menghibahkan sebagian waktu dalam masa hidupnya untuk terlibat dalam program pengabdian diberbagai kegiatan sosial masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Lingkungan yang konsumtif di masa kini memaksa setiap orang harus bergaya hidup beda dari orang lain, yang akhirnya menenggelamkan masa usia emasnya atau masa usia produktifnya tidak menghasilkan legacy paripurna dalam kehidupan sosialnya.
Semasa sekolah menengah atas, saat kuliah, bahkan selepas menyelesaikan pendidikan tingginya, orientasi yang dikejar tentunya untuk bekerja di sektor formal, atau membangun rintisan bisnis sendiri. Ada hal yang serasa masih diabaikan atau belum lengkap saat proses pencarian identitas diri sebagai makhluk sosial tidak dilengkapi dengan memberi manfaat untuk orang lain dan lingkungan, sementara kemampuan keilmuan atau kompetensi yang dimiliki bisa membantu merubah keadaan lingkungan, misal menjadikan seseorang yang sebelumnya tidak tahu, karena keilmuan yang dimilikinya akhirnya terbantu bisa menjadi tahu. Hidup seperti pelita, memberi terang kala gelap.
Bagi Ajeng, panggilan akrab gadis manis bernama lengkap Ajeng Widiastuti, yang menurutnya sebaik-baiknya manusia harus bisa memberi manfaat untuk orang lain. Konteks aktualisasi memberi manfaat untuk orang lain yang Ajeng maksud, yaitu ada dorongan yang timbul dari dalam hati untuk bisa berbagi ilmu pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki yang dilandasi kecintaan, pengabdian, dan harapan harus hadirnya perubahan di satu lingkungan sosial, khususnya lingkungan sosial pendidikan yang menjadi concern-nya, yang menurutnya masih harus banyak digali guna menghasilkan generasi pinunjul dalam hal penguasaan keahlian, atau menguasai disiplin ilmu tertentu.
Ajeng hadir dalam lingkungan sosialnya sebagai sosok anak muda yang inspiratif. Sosoknya yang hangat menjadi triger untuk menggerakkan anak muda lainnya bisa ikut melibatkan diri dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Gadis berhijab kelahiran 11 Januari 1996 ini sejak Januari 2020 berkiprah menjadi relawan pengajar di kelas alam Rintisan Kampung Inggris (RKI) di Desa Galaherang, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Sejak bergabung di RKI, Ajeng harus berbagi waktunya dengan aktivitasnya bekerja.
Ajeng menyelesaikan pendidikan formalnya di Universitas Islam Al-Ihya Cigugur Kuningan, dengan mengambil konsentrasi Perbankan Syariah. Ia terlahir dari keluarga besar pendidik. Mengajar tak hanya sebagai tradisi di keluarga besarnya, namun mengajar menurut gadis yang gemar menulis ini adalah panggilan hati dan wujud pengabdian. Anak kedua dari tiga bersaudara ini sejak kecil bercita-cita ingin menjadi guru. Menurutnya, menjadi guru tidak hanya berbagi ilmu, mendorong anak didik menjadi pintar, tapi mengajar salah satu bentuk aktualisasi beribadah jika dilakukan dengan niat tulus dan ikhlas.
Kesediaan gadis yang gemar membaca novel ini terlibat sebagai relawan pengajar di RKI, karena melihat besarnya semangat dan antusias anak-anak yang menjadi siswa didik di kelas alam RKI mau belajar bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki Ajeng akhirnya menggerakkan dirinya bersedia menjadi relawan pengajar. Ajeng juga beralasan, kunci dari berjalannya RKI sebagai lembaga pendidikan non formal ada di ketersediaan tim pengajarnya. Ajeng memutuskan harus mengambil peran dan berkontribusi ikut mengelola RKI bersama volunteer lainnya. Sebelumnya Ajeng merasa kurang percaya diri dan sempat ragu karena latar belakang pendidikannya bukan dari pendidikan Bahasa Inggris.
“Saat Ajeng turun langsung ke lapangan dan melihat begitu besarnya antusias dari anak-anaknya sendiri untuk ikut bergabung di RKI ini, Ajeng jadi berubah fikiran. Hati Ajeng jadi tergerak untuk bergabung di RKI dan ingin membagikan ilmu yang sedikit Ajeng punya. Ibaratnya walau ilmu yang Ajeng punya cuma 10% dari 100%, yang mungkin teman-teman Ajeng punya atau teman-teman diluar sana yang lebih pantas, akan tetapi disini Ajeng hanya ingin berbagi ilmu kepada mereka, setidaknya mereka tahu dan mengenal bahasa Inggris itu seperti apa,” tutur Ajeng.
Dikatakan Ajeng, belajar bahasa Inggris menurutnya sangat penting. Selain pendidikan bahasa sebagai disiplin ilmu, karena bahasa adalah alat utama berkomunikasi. Menguasai bahasa Inggris, menurut Ajeng menjadi salah satu jalan dan cara mewujudkan mimpi anak-anak dalam menggapai cita-citanya kelak, misal dengan kemampuan menguasai bahasa Inggris nantinya bisa menjadi guru bahasa Inggris, bisa menjadi diplomat, bekerja di perusahaan internasional, atau bisa mengunjungi banyak negara. Menurut Ajeng, bahasa Inggris penting dikuasai dan harus diperkenalkan sejak dini.
“Menurut Ajeng sangat penting yah, karena melihat diluar sana sudah banyak yang mempelajari dan memakai bahasa Inggris, bahkan dari mulai sekolah TK/PAUD juga sekarang mereka sudah mulai mempelajarinya. Selain itu kita juga bisa memperkenalkan berbagai bahasa dan keanekaargaman budaya. Selain untuk mengasah otak anak, juga bisa meningkatkan memori dan konsentrasinya. Untuk kedepannya juga sangat bermanfaat, mungkin dalam mencari pekerjaan atau mungkin dalam ruang lingkup sekolah dan sebagainya, untuk itu sangat penting mengenalkan bahasa Inggris dan mempelajari bahasa Inggris dari usia dini,” ujar Ajeng.
Ajeng juga merasa cocok dengan konsep pembelajaran yang diterapkan di RKI, yaitu menggabungkan pembelajaran bahasa Inggris dengan pendidikan lingkungan hidup.
“Menurut Ajeng sangat penting (pendidikan lingkungan hidup), karena kita bisa mengajari tentang alam sekaligus membentuk sikap peduli dan menghargai lingkungan hidup, dan supaya mereka lebih peka terhadap lingkungan hidup disekitar agar bisa melestarikannya,” tandas Ajeng.
Bergabung menjadi volunteer di RKI, dikatakan Ajeng, ia mendapat banyak pembelajaran, hal-hal baru dan tantangan tersendiri.
“Tentunya pengalaman yang Ajeng dapatkan dalam hal belajar dan mengajari anak-anak, karena sebelumnya Ajeng belum pernah mengajari anak-anak dan ini menjadi tantangan buat Ajeng tersendiri. Pengalaman dalam hal membentuk kesabaran tentunya, pengalaman mendapatkan ilmu baru, dan pengalaman mempunyai circle baru yang feedback-nya sangat positif buat Ajeng,” ujar gadis yang gemar berburu kuliner ini.
Menurut Ajeng peran pendidikan sangat penting ditengah tantangan jaman dan dunia kerja yang membutuhkan SDM yang harus memiliki kompetensi dan presisi ilmu.
“Menurut Ajeng, mengingat saat ini zaman semakin merambah maju, peranan pendidikan jelas sangat penting karena sumber daya manusia yang handal akan bisa membangun. Apalagi dalam dunia kerja, pendidikan sangat penting karena menjadi kebutuhan dasar bagi banyak perusahaan,” katanya.
Diakhir perbincangan dengan Jurnalis Fajarkuningan dari Kantor Berita Kuningan, Ajeng memberi saran dan mengajak orang tua untuk lebih serius mengarahkan putra-putrinya mengikuti kegiatan positif dan kegiatan yang memiliki nilai tambah bagi tumbuh kembang anak, bagi pengembangan kepribadian anak, pendidikan tambahan dan kegiatan sosial.
“Saran Ajeng untuk para orang tua harus lebih peka lagi dalam kebutuhan anak, salah satunya dalam hal tumbuh kembang sang anak agar terus diarahkan dan diawasi, tentunya untuk membatasi anak dalam bermain gadget yang berlebihan, dan dorongan dari orang tua untuk anak dalam mengikuti kegiatan hal yang positif,” pungkas Ajeng.